Ai adalah anak yang susah berteman. Ia selalu ketakutan dengan lingkungan yang baru, seperti sekolah baru, teman baru, rumah baru. Ia baru saja masuk SMA. Ai memilih untuk masuk SMK Mondial dengan harapan tempat itu akan menjadi tempat dimana ia bisa menemukan teman dan diterima apa adanya.
Di hari pertama, ia hanya mengenali satu muka, yaitu muka ara. Sebenarnya, Ara dan Ai merupakan teman lama yang telah berpisah setelah bertahun-tahun. Sehingga mereka sudah tidak saling mengenal lagi. Walau begitu, Ai tetap ingin mencoba untuk berteman lagi dengannya. Ia berpikir bahwa berteman dengan Ara merupakan keputusan yang baik.
Setelah pengenalan, Ai langsung menghampiri Ara yang sedang sibuk sendiri. Sebelum sampai untuk menyapa, Ai merasa bahwa Ara bersikap sedikit sombong. Jadi ia memilih untuk tidak jadi menyapa. Setelah dipikir pikir, Ai melihat bahwa Naira, salah satu teman di kelasnya akan sangat cocok untuk menjadi temannya. Karena Ai merasa mereka memiliki kesukaan yang sama. Apalagi setelah mengetahui bahwa Naira suka menonton serial TV kesukaannya.
Ai tidak dijawab, bahkan diabaikan oleh Naira ketika mencoba menyapanya. Tak lama kemudian, Seorang perempuan cantik dan ramah menghampiri Ai. “Hai Ai! Salam kenal. Aku ana.” sapanya. “Salam kenal juga” jawab ai degan gagap. Ia sedikit kaget karena ada yang mau berteman dengannya.
Tanpa disadari, Ai dan Ana berteman dengan baik. Mereka sering bermain dan belajar bersama. Ai sama sekali tidak kecewa karena telah memasuki SMK Mondial karena telah dipertemukan dengan Ana. Ara pun juga memasuki grup pertemanan dan mereka sering nongkrong bareng.
Tetapi, lama kelamaan, Ai merasa bahwa Ara dan Ana lebih nyambung saat berbicara dibanding saat Ai berbicara dengan mereka. Tentunya Itu dikarenakan oleh Ai yang menyukai hal yang berbeda dengan mereka. Ai tetap berusaha untuk mengerti apa yang mereka bicarakan. Tetapi tetap saja susah untuk ia mengerti. Hingga ia merasa bahwa mereka akan jauh lebih baik jika Ai tidak ada disitu. Apalagi setelah melihat bahwa mereka telah berteman dekat dengan yang lain juga yang bahkan lebih dekat dari Ai.
Ai menyadari bahwa mereka juga sering bermain bersama tanpanya. Hingga suatu hari, Ai merasa sakit dan ia jadi tidak bisa bertemu teman temannya. Tanpa diduga, Ara merupakan orang yang paling perhatian padanya. Tetapi Ai masih merasa ingin menjauhinya.
“Assalamu’alaikum Ai.. Gws ya.” ucapnya melalui voice note whatsapp. Ai pun menjawab dengan singkat. “mksh.” ketiknya. Sorenya, Ai merasa bosan. Ia lalu membuka HPnya dan mengetik, “ra.. aku bosan” dengan egois. Tetapi ara tetap sabar. Ia lalu memberikan link untuk video call di website.
Awalnya, Ai pikir bahwa Ara hanya akan membagikan layarnya karena sedang melakukan sesuatu di pc nya. Tetapi, saat memasuki link, Ai melihat bahwa sudah Ada banyak orang yang sedang mengobrol. Beberapa orang menyapanya saat ia masuk. Tapi Ai tidak menjawab sapaan mereka karena sibuk overthinking. Ara ngechat Ai di whatsapp “wkwkwk” ketiknya tanpa konteks. Ai pikir ia sedang melanjutkan pembicaraan di call. Ai pun menjawabnya dengan ketawa.
Tak lama kemudian, Ara ngechat “Ai masih sakit?” Ai lalu dengan keegoisannya jawab, “ara tau ga sih? Aku selama ini ga sakit. Tapi Aku cuma buat alasan karena tadi aku ga mau ikut main bareng kalian. Emang ara ga sadar ya? selama ini tuh Ai ga terlalu terlibat dalam pembicaraan. Ai ga nyambung sama kalian. Ai hidup di dunia sendiri. Kita suka hal hal yang beda. Kalo kayak gini terus, mending Ara tinggalin Ai aja. Seneng seneng sama temen ara yang lebih nyambung aja.” Ara terdiam. Ia merasa bersalah walaupun tidak tahu apa sebenarnya salahnya. Ia lalu bilang, “Maafin aku ya i..” Ai menjawab, “Engga ra, aku yang minta maaf..”
Beberapa hari lamanya, Ai tidak mengobrol dengan Ara. teman temannya yang lain juga tidak menyadarinya. Karena Ai masih tetap mengobrol dengan Ana. Ai merasa sangan bersalah dan menyesal atas apa yang ia telah bilang kepada Ara. Karena Ara lah yang malah paling baik dan pengertian. Ai lalu meminta maaf pada Ara seikhlasnya. “Ara.. maafin Aku ya. Aku udah banyak salah sama kamu. Padahal kamu baik banget sama aku. Tapi aku malah bales kamu kayak gitu. Aku minta maaf banget ra. Tapi aku sadar kok, aku kurang baik buat kamu. Gapapa klo ara ga mau temenan sama aku lagi.”
“gpp Ai” jawab Ara. Mereka lalu saling berkomunikasi untuk menyelesaikan masalahnya. Dan akhirnya mereka pun berteman lagi dengan baik. Ai pun juga menjadi lebih sosial dan terbuka pada yang lain. Ia sadar bahwa keegoisannya itu hanya menghambatnya dalam berteman.
-based on a true story